Jumat, 13 Januari 2012

semoga itu kamu

Bukan Jakarta si ibukota namanya kalau Jalanan lenggang di hari kerja. Aku rasa yang dapat mengalahkan jumlah kendaraan bermotor itu hanya dosa para koruptor. Sudah kuganti posisi duduk lebih dari jumlah jari kanan ditambah yang kiri, tapi tetap saja, batang antena pemancar radioku belum kelihatan.
Jam tangan coklat di pergelangan tangan sudah menunjukan pukul 12 : 07. Sekitar kurang dari sejam aku harus mengudara.
“Pak Yandi, cepetan dikit dong nyetirnya. Sampe telat, abis nih saya” kataku setengah gelisah.
“Disayap-in aja dulu apa nih mobil den? Percuma juga, ga bisa jalan. Kalo terbang mungkin bisa cepet” jawab lelaki dikursi kemudi sekenanya.
Kalian tau pasti rata-rata penyakit supir lama? mereka rata-rata bisa jadi lebih galak daripada yang mempekerjakannya. Dan tidak bisa kubantah, pak Yandi ini sudah bekerja sejak kakekku masih ada. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari keluarga.
Jika jalan raya mulai disirami kemacetan, aku yang menduduki kursi penumpang bagian belakang sebuah mobil sedan ini hanya dapat melempar pandang ke arah kaca.
Aku ingin membunuh waktu karena tau, di dalamnya ada kamu

12  : 55 adalah waktu yang sangat bersahabat dengan kepanikan, jika jam siaranmu adalah 01 :00. Hal itu menegaskan bahwa kamu punya LIMA menit untuk berlari dari parkiran menuju lantai tiga.
*
Opening dengan nafas tersengal-sengal itu rasanya : Tidak enak !
Seperti halnya tubuhnya terguncang karena olahraga dadakan yang dilakukan dalam keadaan terpaksa, juga ditambah dengan tenggorokan mengering karena ngos-ngosan.
Aku putuskan keluar dari ruang siaran setelah tiga lagu sekaligus aku gandeng sehingga aku punya waktu sekitar 10 menit untuk meneguk segelas air.
Mataku sontak seperti ingin keluar dari sarangnya, sepaket mawar berwarna merah persis dengan yang kugenggam kemarin berbaring manis diatas meja. Masih mirip eperti kemarin, secarik kertas berwarna putih tersemat diantara 19 mawarnya yang sempat kuhitung sebelum aku menciumnya.
“Saz, selamat hari kedua. Walau kamu datang nyaris terlambat, aku harap harimu tetap akan hebat. Selamat siaran, AKU.”

HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA, dia lagiiiiiiiiiiiiiiiiii !!!!
tampaknya surat dan bunga kemarin tidak main-main. Si pengirim misterius ini bahkan tau kalau aku terlambat. Kecurigaanku semakin meruncing kepada orang-orang diseputaran kantor ini, meski dalam hati kecilku berharap bunga-bunga ini, adalah ungkapan penyesalan dari seorang Jaka.
*
Ada suatu masa, dimana kalian tidak perduli pada cinta manapun yang datang. karena yang kalian harapkan, justru cinta yang telah pergi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar