Siapa yang nggak capai mengarungi lalu lintas Jakarta setiap hari?
Pergi berangkat ke kantor dihadang macet. Pulang kembali lagi dihadang
macet. Mau lewat tol juga nggak terlalu banyak berbeda. Ongkos tol dalam
kota sudah naik menjadi Rp.7.000,00 sekarang. Harga naik tapi kualitas
layanan tak berubah. Jumlah mobil di Jakarta memang sudah terlalu
banyak, melebihi kapasitas kemampuan jalan yang ada.
Entah siapa yang mau disalahkan. Mau menyalahkan Gubernur DKI juga
percuma. Masalah transportasi di Jakarta sudah terlalu kompleks untuk
dipecahkan. Jumlah bus Trans Jakarta kurang. Angkutan umum lain pun
jjauh dari rasa aman dan nyaman. Saya yakin, kalaupun Ali Sadikin masih
hidup dan menjabat sebagai Gubernur, nggak akan seketika itu pula
masalah transportasi akan hilang.
Paling enak sih sebetulnya saya menyalahkan diri saya sendiri saja.
Kenapa juga saya bawa mobil kemana-mana? Bikin jalan Jakarta yang sudah
penuh menjadi semakin penuh. Saya memang nyaman di dalam mobil yang
ber-AC dingin. Namun kaki saya juga pegal setengah mati menginjak gas
dan rem bergantian. Mau kemana-mana naik mobil memang gampang. Lah ya
tinggal menyetir saja kan? Nggak perlu mikir ganti bus Trans Jakarta dan
mengantri panjang di halte transitnya. Hanya perlu siap mental dan
strategi untuk memilih jalan yang macetnya mendingan.
Salah satu solusi adalah naik ke trotoar. Jujur saya pernah
melakukannya, nikmat rasanya bisa terus melaju sementara para pengemudi
mobil harus stuck di tempat hehehe. Sasaran empuk adalah
trotoar yang memiliki sisi landai dan lebar. Contoh terbaik dari praktek
ini bisa dilihat di Jl. Panjang Kebon Jeruk Jakbar ke arah selatan.
Sederhananya
praktek ini mengganggu pejalan kaki karena jatahnya diserobot. Tapi
praktek ini efektif mengurangi beban jalan saat macet, teorinya motor
yang naik ke trotoar akan mengurangi panjang antrian kendaraan di jalan.
Tapi masalah bottleneck muncul saat motor akan kembali ke area jalan,
akan terjadi penumpukan. Belum lagi kalau ternyata trotoar yang dinaiki
tidak punya sisi landai di ujungnya, berharap saja sisi trotoar tidak
menggerus bagian bawah motor saat anda turun.
Mengingat effort dan kerugian yang tinggi, cara ini sebaiknya tidak
dilakukan kecuali anda adalah orang gila dan membawa motor sekelas trail
atau enduro.
Gunakan Jalur Busway
Di awal kemunculannya, Busway sudah membawa nestapa bagi pengguna
kendaraan yang lain. Tapi entah acuh atau sekedar balas dendam, banyak
orang yang menggunakan jalur busway saat macet maupun tidak.
Berdasarkan perda yang berlaku, polisi mulai melakukan sterilisasi
jalur busway. Pada prakteknya walaupun banyak yang terjaring, masih
banyak pengguna jalan yang menyerobot jalur Busway.
Terkadang ada pengecualian kalau kepadatan sudah parah, polisi akan
membuka jalur Busway untuk umum. Kalau seperti itu gunakan kesempatan
sebaik-baiknya, tetapi perhatikan, karena jalur Busway dibatasi
separator jangan sampai anda harus belok sebelum separator habis.
Atau Gunakan Jalur yang Lain
Gunakan jembatan penyeberangan, arah yang berlawanan, atau
jalur-jalur yang lain. Tetapi tetap saja bro, guilty pleasure selain
membawa rasa bersalah, juga rasa risih dari yang lain. Jangan sampai lah
yauuu…